Seni Kaca Ukir: Media Gambar Menggunakan Kaca yang Bisa Bernilai Jual Tinggi
Oleh | : Cintia Yuliani |
Dipublish pada | : Rabu, 11 September 2024 | 04:54 WIB |
Redaktur | : Islamia |
Estimasi waktu baca | : 5 min read |
Total pengunjung | : 92x dilihat |
Media menggambar biasanya menggunakan kanvas, kertas, atau, tembok, tetapi yang ini berbeda. Media gambar yang digunakan yaitu menggunakan kaca. Seperti yang dilakukan oleh Eko, 54 tahun yang memanfaatkan media kaca sebagai karya seni yang dapat bernilai jual tinggi. Kemampuannya dalam menggambar sejak kecil ia manfaatkan untuk mencari uang. Seni menggambar lewat kaca sudah ditekuninya sejak tahun 1999, yaitu sudah 25 tahun ia berkecimpung di dunia seni kaca. Usaha seni kaca miliknya pertama kali ada di kecamatan kroya, Kabupaten Cilacap.
Seni menggambar lewat kaca ini biasa disebut dengan kaca grafir, sandblast, atau kaca ukir. Selain itu ada seni menghias kaca dengan potongan-potongan kaca yang disusun di atas media kaca yang sering disebut sebagai kaca patri. Kaca ukir atau kaca patri bisa digunakan untuk memperindah jendela, meja, maupun cermin agar terlihat menarik dan terlihat tidak biasa-biasa saja. Selain kaca ukir dan kaca patri, Eko juga menyediakan pesanan kaca polos yang tidak di beri gambar.
Kaca ukir ini sendiri adalah kaca yang dihias sedemikian rupa, sehingga terdapat nilai estetika di dalam sebuah kaca. Hiasan tersebut berupa gambaran yang di ukir menggunakan alat khusus, sehingga kaca yang telah di ukir tersebut berubah menjadi gambar yang memiliki cekungan. Cekungan gambar tersebut menjadi sebuah seni yang indah untuk dilihat. Bahan utama untuk mengisi cekungan gambar tersebut menggunakan pasir besi atau pasir putih. Diantara kedua pasir tersebut, Eko lebih memilih menggunakan pasir besi, karena lebih mudah ditemukan di sekitar daerah rumah produksinya.
Selain itu, menurut Eko, Cilacap juga terkenal dengan daerah pesisir yang pastinya keberadaan pasir berlimpah.“Saya lebih memilih menggunakan pasir besi, karena di sini lebih banyak pasir besi daripada pasir putih,” ungkapnya.
Pasir besi atau pasir putih tersebut, kemudian disemprotkan menggunakan alat khusus ke sketsa gambar yang telah di buat di media kaca dengan tekanan yang telah ditentukan. Sedangkan, Kaca patri sendiri adalah potongan kaca berwarna yang disusun di media kaca. Biasanya potongan kaca tersebut ditambah kuningan ataupun timah untuk memperindah karya seni tersebut.
Terdapat berbagai jenis seni kaca yang ia jual yaitu kaca polos yang dibandrol dengan harga Rp 102.000/m2, kaca sandblast motif full Rp 500.000/m2, kaca sandblast motif list Rp 450.000/m2, kaca sandblast warna Rp 650.000/m2, kaca patri kuningan Rp 3 juta/m2, kaca patri timah Rp 2 juta/m2, kaca inlay Rp 3,5 juta/m2, dan kaca molding atau kaca cermin yang di ukir dibandrol dengan harga Rp 1,5 juta/m2.
Harga tersebut belum termasuk biaya pemasangan dan mengantaran. Khusus kaca jenis sandblast pelanggan bisa memesan kaca sandblast dengan dua pilihan warna kaca yaitu bening ataupun hitam.
“Sekarang yang paling laris itu kaca Inlay,” tambah Eko.
Proses pembuatannya pun cukup rumit, dibutuhkan beberapa tenaga ahli untuk membuat sebuah seni kaca ini. Ada yang harus bisa menggambar, meng-cutting, membuat cekungan di media kaca, dan kemampuan-kemampuan lainnya yang tidak semua orang bisa. Selain itu, dibutuhkan kemampuan untuk memperkirakan bahwa kaca yang dibuat dapat masuk ke jendela dan harus dapat menahan terpaan hujan dan angin.
Proses pembuatannya dimulai dengan memotong kaca sesuai dengan pesanan yang di pesan oleh pelanggan, lalu kaca yang sudah dipotong di pungur atau di bevel di seluruh pinggir kaca. Setelah itu kaca yang sudah di pungur media kaca tersebut, seluruhnya diberi lakban kuning sebagai dasaran menggambar sketsa, lanjut membuat sketsa gambar secara manual. Jika sketsa gambarnya sudah selesai dibuat, maka proses selanjutnya adalah meng-cutting sketsa gambar tersebut.
Setelah itu, sketsa gambar yang telah dicutting disemprot menggunakan alat khusus yang berisi pasir besi atau pasir putih dengan tekanan tinggi. Jika sudah disemprot dan menimbulkan cekungan di sketsa gambar tersebut, maka lakban yang tersisa dilepas. Berbeda dengan proses pembuatan kaca ukir yang berwarna. Seperti yang dijelaskan oleh Eko, jika kaca ukir yang berwarna proses pembuatannya setelah disemprot, tunggu sebentar, setelah itu dicat dengan cat khusus kaca menggunakan alat khusus juga.
"Kalau kita mewarnai setelah selesai disemprot, (maka) jangan dilepas dulu lakban yang tersisa, kita tunggu dulu, kita cat dengan cat khusus untuk kaca, saya menggunakan cat candy atau kristal baru kita lepas lakban yang tersisa”, terangnya.
Keahliannya dalam membangun usaha seni kaca tersebut berawal dari Eko membantu saudaranya di Jakarta yang sama-sama memiliki usaha seni kaca. Dari situlah ia memiliki bekal untuk menjalankan usaha kaca ukir di kampung halamannya sendiri. Sehingga kini ia mempunyai nama brand sendiri yakni "Glass Annur". Eko menjelaskan arti nama brandnya berasal dari kata Glass yang memiliki arti Kaca, sedangkan Annur dari kata Nur yang artinya “cahaya”. Glass Anur berarti cahaya kaca yang diharapkan dapat memancarkan keindahan lewat kaca buatannya tersebut.
“Glass Anur itu berasal dari dua kata “Glass” dan “Anur”. “Glass” yang artinya “kaca”, sedangkan “Anur” dari kata “Nur” yang artinya cahaya. Jadi saya harap dengan karya-karya yang saya buat bisa memancarkan keindahan dan mempercantik suatu bangunan lewat kesenian kaca yang saya buat," jelasnya.
25 tahun merintis usahanya, Eko pernah mendapatkan pesanan hingga 70 juta per satu proyek yaitu kaca patri untuk masjid. Bahkan, pelanggannya ada yang dari luar kota yaitu Semarang dan Yogyakarta.
“Dulu ada penggalan dari Semarang dan Jogja pesan ke sini,” kata Eko.
Awal merintis karir, promosi yang dilakukannya adalah dengan mendatangi satu per satu rumah yang sedang dibangun. Ia menawarkan kepada mereka untuk memesan kaca buatannya. Lewat beberapa contoh katalog sketsa gambar kaca, pelanggan bisa memilih sesuai dengan yang diinginkan. Sekarang ini, ia telah bekerja sama dengan beberapa tukang kayu yang membutuhkan kaca jendela.
Jatuh bangun sudah dilewati oleh Eko, pertama ia membuka usahanya berawal dari mengontrak terlebih dahulu di sebuah kios dan sampai pada tahun 2001 ia bisa membuka usaha miliknya di rumahnya sendiri dan memiliki banyak karyawan. Ada yang bagian menyeprot, meng-cutting, dan membevel. Ia mengajak anak muda dan merekrut mereka untuk belajar membuat kesenian dari kaca ini, agar nantinya kesenian kaca ini tidak punah atau tergerus oleh zaman. Selain itu, dengan usaha yang dibuatkan dapat membantu warga sekitar untuk mendapatkan pekerjaan.